Senin, 23 September 2013
Madona Cililin Bandung Barat
Jenis kendaraan 3/4 ini di sebut madona, Madona juga di kenal sebagai kendaraan paling nyaman untuk menuju cililin,gunung halu dan cijenuk
ada pula jenis kendaraan lin seperti JS jembar sari atau KS kusumah yg rute nya sama menuju cijenuk dan gunung halu buni jaya namun terminal awal dari ciroyom. tapi kendaraan madona ini rute awal dari Lw panjang
Tarip tak terlalu begitu mahal berkisar antara Rp 15.0000,-
kendaraan ini menjadi primadona orang cililin dan kawasan bandung lainnya sesuay dengan namanya gak hanya di luar negri loh Madona terkenal tp di Cililin Bandung Barat juga populer pokonamah hade pisan euy...mangga di cobian
Makanan Khas Bandung
Bandung memang surganya untuk Jajan makanan Kahs Sunda , Pada saat liburan panjang, Para Wistawan Berdatangan ke Bandung Untuk Mencicipi Jajanan Khas Kota Bandung, Karena Bandung Terkenal Sebagai Jajanan Khas Sunda.
1. Surabi : Surabi atau serabi adalah makanan khas orang Sunda yang bentuknya seperti pancake namun lebih kecil dan tebal, terbuat dari tepung beras. Surabi dibakar dengan menggunakan alat tradisional yaitu tungku dan cetakan khusus dari tanah liat. Surabi ini memiliki banyak rasa, dengan rasa yang dianggap paling original khas Sunda yaitu surabi oncom. Sementara itu, di sekitar kampus Enhaii di Jalan Setiabudhi, Bandung terdapat sederetan warung yang menjajakan surabi. Warung ini menawarkan surabi dengan berbagai rasa atau istilah dalam kamus kuliner modern (topping).
2. Colenak : Orang Bandung memang pandai menciptakan makanan yang unik dengan nama yang unik pula. Seperti halnya dengan makanan yang terbuat dari peuyeum (tape singkong) yang dibakar di atas arang yang kemudian ditaburi dengan saus gula merah dan kelapa parut yang diberi nama colenak, singkatan dari (dicocol enak).
3. Peuyem : Peuyeum atau tape singkong adalah makanan khas Kota Bandung yang memiliki rasa manis, sedikit asam dan beraroma alkohol. Peuyeum ini dibuat dari singkong yang difermentasikan. Orang sering mengatakan peuyeum sama dengan tape singkong,
tetapi sebenarnya terdapat perbedaan yaitu peuyeum lebih kering daripada tape.Hal ini dikarenakan perbedaan dalam proses pembuatan dan penyimpanannya.Peuyeum dengan kualitas bagus yaitu peuyeum yang baunya dan rasanya enak, manis dan asam. Peuyeum dapat ditemukan di toko oleh-oleh khas Bandung, seperti di sekitar Terminal Leuwi Panjang, di Pasar Baru,dan di pasar-pasar tradisional.
4. Wajit : Wajit adalah suatu penganan yang terbuat dari beras ketan, gula merah dan kelapa yang dimasak menjadi satu. Wajit merupakan oleh-oleh asli Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Ada banyak macam wajit, tapi wajit Cililin memiliki keunikan tersendiri karena dibungkus dengan cangkang buah jagung.
5. Siomay : Makanan khas Bandung ini terbuat dari tepung aci dan ikan,diberi bumbu kemudian dikukus, dan disajikan atau dimakan dengan telur rebus, kol, tahu,kentang dan dicampur dengan saus kacang,yang sudah dibumbui, hampir sama dengan bumbu saos kacang batagor.Siomay ini terdapat di beberapa rumah makan,warung yang ada di kota Bandung.
6. Batagor : Batagor adalah singkatan dari bakso tahu goreng, yaitu tahu yang diisi dengan campuran aci (tepung tapioka) dan daging ikan tengiri. Teman makan batagor adalah siomay yang juga terbuat dari campuran aci (tepung tapioka) dan daging ikan tengiri,
namun dibungkus dengan kulit pangsit. Keduanya dimakan dengan cara dicocol dengan saus kacang dan kecap. Makanan ini hampir dapat dijumpai, di beberapa tempat yang menjual makanan khas Bandung Batagor Kingsley dan batagor Riri adalah tempat yang wajib dikunjungi jika ingin mencicipi batagor khas Bandung.
7. Karedok : Karedok atau keredok adalah makanan khas daerah di Indonesia . yang Terdapat di kota Bandung. Karedok dibuat dengan bahan-bahan sayuran mentah antara lain: ketimun, tauge, kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. Sedangkan sausnya adalah bumbu kacang yang dibuat dari cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air asam, gula jawa, garam, dan terasi.
8. Gado Gado : Gado-gado adalah suatu makanan yang berasal dariindonesia yang tepatnya di Kota bandung yang berupa sayur-sayuran yang di rebus dan di campur jadi satu, dengan bumbu kacang atau saus dari Kacang tanah yang dihaluskan di sertai irisan telur dan atasnya di taburi bawang Goreng. Sedikit Emping Goreng atau kerupuk (ada juga yang memakai kerupuk Udang) juga di tambahkan.
Gado-gado dapat dimakan begitu saja seperti salad dengan bumbu atau saus Kacang, tapi juga dapat dimakan berserta Nasi putih atau kadang-kadang juga di sajikan dengan Lontong
9. Lotek : Lotek Hampir sama Dengan Pecel, yakni makanan berupa rebusan sayuran segar yang di siram dressing sambal di campur bumbu kacang. Keunikannya, sebgian bahan sambal di samping kacang seringkali di tambahkan tempe dan dalam bumbunya di tambahkan terasi, gula merah, dan bawang putih. Secara umum lotek lebih manis daripada pecel. Selain itu, kalau sambel pecel bumbu sudah di campur sebelumnya, untuk lotek bumbu baru di tambahkan ketika akan di hangatkan. Lotek dapat di sajikan dengan Lontong, atau Nasi hangat , di sertai dengan Kerupuk dan Bawang Goreng
10. Mie Kocok : Mi kocok adalah makanan khas dari bandung. Bisa dibilang kalo makanan ini cukup buat ngenyangin perut karena komposisinya yang berat. Sesuai Namanya, makanan ini berbahan dasar Mie. Ukuran mienya gak tebal kaya kwitiew. Biasanya, mi kocok di temani sama bakso, kakil, tahu, sama toge lalu, mie ini di siram pake kuah sapi abis itu atasnya di taburin bawang Goreng sama potongan daun seledri
11. Oncom : Anda pernah mencoba makanan Bandung yang memakai oncom sebagai contoh diantaranya nasi tutug oncom, comro alias oncom di jero(oncom di dalam), sambal oncom leunca (buah leunca), ulukutek leunca, pepes oncom, juga goreng oncom?
12. Cireng : Dengan segala kendala yang dihadapi, dari mulai adonan kulit yang lengket antar cireng sampai tidak bisa dijual, komposisi campuran isi cireng sampai dengan penjualan, Redi Ruslan tetap meyakini bahwa berjualan cireng isi memang sudah menjadi pilihannya untuk menafkahi keluarganya sehingga lahirnya merk "Cireng Bandung Isi". Ulet, sabar, tekun dan istiqomah dalam berjualan, pada akhirnya, atas ijin Allah SWT,
13. Nasi Bancakan : Yang unik adalah proses pemasakannya menggunakan tungku besar yang menggunakan kayu bakar, sehingga membuat aroma dan rasanya menjadi lebih maknyus.. Tamu bisa memilih mau duduk di kursi atau lesehan. Selesai makan, tamu bisa mencicipi jajanan kampoeng seperti kue balok, dan jajanan yang terbuat dari gula merah.
14. Nasi Kuning : Nasi Kuning khasnya adalah sambalnya pake sambal oncom, tapi kebanyakan pake sambal tomat aja, taburannya, pake kacang kedele goreng dan bawang goreng, sama dadar telur tipis-tipis banget sampe rasa telurnya jadi aneh...he he..., bihun goreng, tempe kering, tambah lalaban seperti timun dan kemangi. Nasi kuning ini juga mengingatkanku pada ibunda tercinta, yang selalu bikin nasi kuning kalo anaknya ultah, termasuk saya, he he...Ini dia persembahanku pada mamah di Bandung.
15. Soto Bandung : Soto Bandung Adalah jennis Soto yang Berdasadari daerah Bandung yang berbahan dasar daging sapi, lobak, dan di taburi kacang kedelai goreng
16. Cenil : Cenil atau cetil adalah makanan yang terbuat dari pati ketela pohon. Makanan ini bisa dibentuk bulat-bulat kecil atau kotak kemudian diberi warna sesuai selera sebelum direbus. Cenil biasanya disajikan dengan parutan kelapa dan ditaburi gula pasir.
17. Berondong : Borondong bukan brondong, Borondong adalah makanan tradisional khas Bandung yang berbentuk bulat dan manis. Borondong ini ada terbuat dari enten campuran gula dan kelapa dan diselimuti oleh beras dan jagung sejenis berondong seperti pop corn. Jadi tak heran rasanya manis sekali, karena hampir 70 % nya di dominasi oleh rasa gula nya, Sentra pembuatan borondong ini terdapat di Majalaya, Kabupaten Bandung. Bahkan ada yang pernah membuat borondong yang berukuran sampai sebesar kepala manusia.
18. Awug : Awug adalah jajanan khas Bandung yang terbuat dari tepung beras, kelapa, aroma daun pandan, dan gula merah. Mirip dengan kue putu, bedanya kalau putu dikukus di dalam potongan bambu kecil sedangkan awug dikukus di dalam wadah yang berbentuk gunungan lancip, mirip gunungan nasi tumpeng. Potongan gula merah dicampur sedemikian rupa sehingga berbentuk mozaik. Awug rasanya manis dan legit, lebih enak dimakan pada sore dan malam hari dalam keadaan masih panas.
19. Bubur Kacang : Bubur kacang hijau adalah makanan yang terbuat darikacang hijau yang dimasak dengan air dan gula Jawa, bersama seikat daun pandan, dimasak sampai mendidih dan kacang hijau menjadi lunak. Lalu siap disajikan dengan memberi santan yang telah dimasak ke dalam bubur kacang hijau. Enak diminum/makan saat hangat maupun dingin (dengan cara memberinya es batu ke dalam bubur kacang hijau tersebut).
20. Getuk : Makanan tradisional berbahan dasar singkong, gula, dan kelapa ternyata bisa diolah dengan cara yang berbeda. Olahan itu menghasilkan getuk rasa baru, getuk . Bahan Dasarnya ini Singkong sebagai bahan dasar getuk diimpor langsung dari Semarang. Karena menurut Weni, singkong Bandung lebih cocok sebagai bahan baku tape daripada buat getuk. Sebab, singkong Bandung memiliki kadar air yang lebih tinggi hingga kurang bisa menghasilkan adonan getuk yang lembut.
21. Cilok : Satu lagi jajanan khas dari kota Bandung namanya cilok. . Jajanan ini banyak disukai ama mulai dari anak kecil sampe orang tua. Rasanya yang pas dengan selera orang Bandung bikin cilok ini jadi jajanan yang laris manis. Cilok sendiri bukanlah makananan yang berat. Tapi cukup lumayanlah buat ngeganjal perut yang keroncongan. Biasanya, jajanan ini banyak ditemuin di sekolah-sekolah, area kampus, perkantoran atau tempat-tempat yang ramai lainnya.
21. Cilok :
Cilok ini terbuat dari bahan dasar tepung yang disebut tepung aci. Nama cilok sendiri muncul dari singkatan aci dicolok. Nah, kalo bingung aci itu apa, kita biasa nyebutnya tepung kanji. Kalo masi bingung lagi, tepung kanji itu sama dengan tepung tapioka atau tepung jagung. Terus, tepung tadi dicampur sama garam, air, merica, bawang, sama daun bawang. Abis dicampur, biasanya terus dikasi adonan isi oncom atau kacang. Tapi, kalo sekarang ini cilok lebih bervariasi. Bisa juga pake daging atau telur buat isiannya. Kalo udah, dibentuk bulat kaya bakso.
Kisah Baduy Dalam yang diperbolehkan melanggar hukum adat
Oleh : Asep Fathulrahman dan Mansyur
Serang (ANTARA News) - Memilih patuh hukum adat atau
menyelamatkan nyawa, dua-duanya sama penting dan hal ini juga dipegang oleh
warga Baduy Dalam Kabupaten Lebak Banten.
Tap,i tetap hanya satu pilihan yang dapat diambil Canirah (25) warga Baduy Dalam dari Kampung Cikertawana di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Peristiwa pelik ibarat pepatah "Bagai Makan Buah Simalakama" itu justru terjadi saat dia harusnya bergembira menyambut kelahiran anak pertama buah perkawinan dengan Jahadi (29), sang suami tercinta.
Setelah menanti sembilan bulan, bayi yang dikandung Canirah "memilih" hari Selasa malam tanggal 15 Mei 2012 pukul 22.30 Wib untuk lahir.
Maka untuk menolong persalinan Canirah, Jahadi bergegas memanggil Ambu (ibu) Paruga (68), "paraji" atau dukun beranak yang biasa menolong proses persalinan warga Baduy Dalam.
Di kalangan warga Baduy Dalam sendiri ada banyak paraji semacam bidan. Biasanya seorang paraji menangani dua sampai tiga kampung warga Baduy Dalam.
Sebagian paraji, kebanyakan yang masih muda, sudah berinteraksi dengan Bidan di Puskemas sehingga mereka sudah mengenal penggunaan obat pencegah infeksi seperti "betadine" dan "pil antibiotik".
Sebagian lainya, terutama paraji yang sudah senior, masih menolak obat modern hingga hanya menggunakan ramuan tanaman dan jampi-jampi dalam menolong persalinan termasuk Ambu Paruga.
Akhirnya proses persalinan pun berlangsung dan alangkah bahagianya Canirah mendapati bayi laki-laki lahir dalam kondisi sehat.
Namun masih ada yang belum tuntas. Plasenta bayi
yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar.Tap,i tetap hanya satu pilihan yang dapat diambil Canirah (25) warga Baduy Dalam dari Kampung Cikertawana di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Peristiwa pelik ibarat pepatah "Bagai Makan Buah Simalakama" itu justru terjadi saat dia harusnya bergembira menyambut kelahiran anak pertama buah perkawinan dengan Jahadi (29), sang suami tercinta.
Setelah menanti sembilan bulan, bayi yang dikandung Canirah "memilih" hari Selasa malam tanggal 15 Mei 2012 pukul 22.30 Wib untuk lahir.
Maka untuk menolong persalinan Canirah, Jahadi bergegas memanggil Ambu (ibu) Paruga (68), "paraji" atau dukun beranak yang biasa menolong proses persalinan warga Baduy Dalam.
Di kalangan warga Baduy Dalam sendiri ada banyak paraji semacam bidan. Biasanya seorang paraji menangani dua sampai tiga kampung warga Baduy Dalam.
Sebagian paraji, kebanyakan yang masih muda, sudah berinteraksi dengan Bidan di Puskemas sehingga mereka sudah mengenal penggunaan obat pencegah infeksi seperti "betadine" dan "pil antibiotik".
Sebagian lainya, terutama paraji yang sudah senior, masih menolak obat modern hingga hanya menggunakan ramuan tanaman dan jampi-jampi dalam menolong persalinan termasuk Ambu Paruga.
Akhirnya proses persalinan pun berlangsung dan alangkah bahagianya Canirah mendapati bayi laki-laki lahir dalam kondisi sehat.
Ambu berupaya keras menolong dengan membaca semua jampi yang dihafalnya, tapi hari sudah berganti dan ari-ari bayi yang ditunggu tak juga keluar.
Canirah makin keras didera perut mulas, pening, sesak bercampur baur.
Dia mengusulkan agar Ambu berkonsultasi dengan Bidan Desa di Puskesdes Kanekes.
Ambu yang merasa sarat pengalaman memakai ramuan dan jampi-jampi tetap menolak.
Suhu tubuh Canirah makin tinggi dan hatinya mulai galau apakah akan meminta pendapat Bidan Puskesdes yang pasti akan memakai metode pengobatan modern atau tetap patuh pada ketentuan adat seperti yang ditekankan Ambu.
Proses pengobatan dilakukan Ambu berlangsung hingga hari keempat dan tidak membuahkan hasil.
Harus operasi
Tak tega melihat isteri tercinta makin menderita, hari Jumat (18/6) Jahadi bersama ayahnya Jaro Sana mengambil inisiatif menemui Bidan Eros Rosita (40) warga Ciboleger yang berjarak sekitar 35 kilometer dari Cikertawana tanpa akses kendaraan bermotor yang memadai atau hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Berangkat sebelum matahari terbit dari Cikertawana, pukul 10.00 Wib Jahadi baru tiba di rumah Bidan Rosita di Ciboleger, tentu saja dengan berjalan kaki.
"Begitu mendengar kabar tentang kejadian yang menimpa Canirah, langsung terbayang betapa menderitanya dia selama empat hari itu dan tak ada cara lain untuk menolongnya kecuali dia harus menjalani operasi kiret untuk mengangkat plasenta bayi yang masih tertinggal," kata bidan Rosita yang memang sudah empat belas tahun mengabdi naik turun gunung mengobati warga Baduy yang sakit.
Maka dengan meminta tolong dua bidan lainnya Yeni (33) dan Yuniarsih (31), mereka langsung merencanakan cara untuk sesegera mungkin bisa mengevakuasi Canirah ke Rumah Sakit Aji Darmo yang terletak di Rangkas Bitung, Ibukota Kabupaten Lebak.
Kendalanya sangat banyak. Canirah sudak dalam kondisi kritis. Medan menuju lokasi selama ini hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dan tidak pernah dilalui kendaraan bermotor.
Hukum adat yang mengikat tidak membolehkan semua warga Baduy Dalam untuk naik kendaraan dalam kondisi apa pun termasuk Canirah.
Ketiga Bidan Desa itu langsung berembug dengan tokoh Baduy Luar Saija dan "Jaro tangtu" (tokoh Baduy Dalam) Nasina ditambah Jahadi dan Jaro Sana yang juga "kokolot" (tokoh) Kampung Cikertawana.
Rembugan berjalan alot dan nyaris menemui jalan buntu karena semua tokoh Baduy yang berembug bersikukuh bahwa hukum adat "teu meunang dirobah" (tidak bisa diubah), maka Canirah harus diobati di rumahnya mengingat larangan naik kendaraan untuk warga Baduy Dalam.
"Tapi semua tokoh itu tak bisa menjawab saat ditanya `eta Canirah sina hirup atawa diantep sina paeh` (apakah canirah akan ditolong supaya hidup atau akan dibiarkan mati)," kata Rosita, peraih penghargaan Bidan Teladan se-Indonesia itu seraya mengajukan syarat kalau tak boleh dievakuasi maka Jaro harus sanggup menyediakan listrik di Cikertawana.
"Keur naon eta kudu aya listrik sagala? (Buat apa harus ada listrik?)" tanya Jaro Nasina. "Supaya Canirah bisa ditolong agar tetap hidup dengan menyedot plasenta dalam rahimnya yang hanya bisa dikeluarkan dengan alat vakum yang memerlukan listrik," jelas Bidan yang juga sempat meraih penghargaan Danamon dan SCTV award itu.
"Mun kitu mah kami sumerah, pek bae kumaha Canirah jeung ibu-ibu bidan (Kalau begitu kami serahkan gimana Canirah dan ibu-ibu bidan)," kata Jaro Nasina.
Setelah melewati rembugan sekitar tiga jam akhirnya Canirah dievakuasi ke Puskesdes Kanekes. Pukul 17.00 baru diambil keputusan dengan persetujuan Canirah untuk berobat ke RSUD Aji Darmo di Rangkas Bitung.
Putusan paling berat terpaksa diambil Canirah - Jahadi untuk melanggar larangan naik kendaraan demi upaya menyelamatkan nyawa.
"Kami memutuskan untuk memberikan izin pelanggaran hukum adat karena untuk menyelamatkan nyawa manusia, namun hukum tetap dijalankan setelah proses penyembuhan selesai dilaksanakan Canirah-Jahadi seperti yang disepakati para ketua adat bersama pihak keluarga," ujar Ayah Mursid, selaku salah seorang Ketua Adat (Jaro Tangtu) Suku Baduy Dalam.
Hukuman adat bagi Canirah dan Jahadi menjalani masa pengasingan di luar Baduy selama 40 hari.
Perjuangan untuk menyelamatkan nyawa Canirah masih terkendala beratnya medan dari Kanekes menuju Coboleger yang melewati jalan berbatu dan tanjakan sangat curam.
Kebetulan suami Bidan Yuni yang berprofesi pedagang getah karet memiliki Hardtop bak terbuka dengan penggerak empat roda.
Maka kendaraan itulah yang digunakan untuk mengangkut Canirah bersama Jahadi dan ketiga Bidan Desa sampai ke Ciboleger untuk selanjutnya berganti kendaraan naik ambulan puskesmas.
Tiba di Ciboleger, ujung perbatasan Baduy Luar, Jahadi masih tak mengalami gangguan dengan pengalaman pertamanya naik kendaraan bermotor dalam seumur hidup.
Namun saat tiba di jalan aspal dan rombongan harus berganti kendaraan memakai ambulan Puskesmas, Jahadi mengalami stres berat.
"Saya baru melihat sekali itu efek stres pada orang yang pertama sekali naik kendaraan dengan kecepatan tinggi, tiap satu jam Jahadi buang air besar hingga kami berkali-kali harus berhenti," kenang Bidan Rosita.
Setelah minum pil penangkal mabuk perjalanan, kondisi Jahadi lebih stabil.
Tapi rupanya dia punya cara sendiri untuk meredam rasa stres dengan bersembunyi di kolong jok yang diduduki Canirah.
"Kami semua sempat kaget karena dicari-cari Jahadi menghilang. Setelah kami panggil dengan suara keras dia menjawab dari bawah jok `keur nyekelan korsi pamajikan bisi hiber. (sedang memegangi jok tempat isteri, supaya tidak terbang)" ujar Bidan Ros menirukan teriakan Jahadi.
Setibanya di RSUD Aji Darmo Canirah langsung menjalani operasi pengangkatan plasenta dan perawatan selama 4 hari.
"Saya kagum dengan ketahanan kondisi tubuhnya yang luar biasa, mana ada 5 hari plasenta dalam rahim yang sudah terinveksi kuman tapi masih bisa berjalan tegak. Pasien biasa paling kuat hanya satu hari setelah itu kritis. Karena itu saya percaya sumber makanan alami serta lingkungan yang tidak tercemar sumber kekuatan luar biasa sehingga kita wajib menjaga makanan dan lingkungan kita," ujar dr Priyono SPOG yang merawat Canirah.
Menoleh ke Buriram United
Sejenak kita tinggalkan dahulu hegemoni Liga
Champions Eropa 2013 yang mengukuhkan Bayern Munchen sebagai juara. Mari
sejenak mata kita menoleh ke ajang Liga Champions Asia (LCA), turnamen yang
tentunya kalah jauh pamornya dibanding Liga Champions di benua biru.
Ya, Buriram United,
klub asal Thailand dengan kapten tim Suchao Nutnum, mantan pemain Persib
Bandung ini, membuat sejarah baru di tahun keduanya tampil di LCA. Mereka mampu
lolos babak perempat final Liga Champions Asia.
Mengapa istimewa? Karena mereka adalah klub
ASEAN pertama yang melakukannya sejak format baru Asia Champions League pada
2003, jauh meninggalkan pemberitaan semu yang mengatakan liga Indonesia
beberapa tahun lalu adalah yang terbaik ke-8 di Asia.
Padahal, pada 2007 klub Indonesia masih dapat
mengirim dua wakilnya secara otomatis ke fase grup LCA (Persik Kediri &
Arema). Seiring berjalan waktu bersamaan dengan memburuknya situasi di
sepakbola Indonesia dan buruknya pencapaian wakil Indonesia yang berlaga di
ajang tersebut membuat aspek penilaian dari AFC untuk Indonesia berkurang,
sehingga mengurangi jatah, bahkan pada 2013 tak ada wakil Indonesia di LCA.
Buriram United adalah gambaran betapa Thailand
Premier League berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Mungkin suatu
keputusan yan tepat juga bagi Irfan Bachdim mau keluar dari zona aman untuk
mengembangkan karier dan bermain di liga Thailand.
Tidaklah kaget melihat Buriram United dengan
perkasanya mengalahkan klub asal Jepang, China, dan Korea. Yang terakhir dalam
partai pamungkas fase grup LCA, mereka mampu menahan Seoul FC dan memastikan
diri lolos ke babak berikutnya. Dengan lawan yang sama pula, Sriwijaya FC kalah
2-4 dan 5-1 pada medio 2009. Saat itu, liga Indonesia digembar-gemborkan
sebagai yang terbaik ke-8 di Asia.
Bukannya
membesar-besarkan keberhasilan Buriram United, namun rasanya hal ini tidak
cukup membuat sadar stakeholder sepakbola nasional dalam permasalahan kompetisi nasional yang
lebih membanggakan karena liganya legal diakui FIFA atau "jegeerrr"
nya liga karena jumlah penonton, banyak pemain asing, namun tak jelas muaranya
setelah menjuarai liga.
Entah sejauh mana Buriram melangkah di LCA,
tetapi sudah seharusnya sepakbola Indonesia sadar dan mau mengubah dirinya.
Pertanyaannya, kapan kita sadar dan mau melakukan perubahan?
Langganan:
Postingan (Atom)