Senin, 23 September 2013

Menoleh ke Buriram United

Sejenak kita tinggalkan dahulu hegemoni Liga Champions Eropa 2013 yang mengukuhkan Bayern Munchen sebagai juara. Mari sejenak mata kita menoleh ke ajang Liga Champions Asia (LCA), turnamen yang tentunya kalah jauh pamornya dibanding Liga Champions di benua biru.
Ya, Buriram United, klub asal Thailand dengan kapten tim Suchao Nutnum, mantan pemain Persib Bandung ini, membuat sejarah baru di tahun keduanya tampil di LCA. Mereka mampu lolos babak perempat final Liga Champions Asia.
Mengapa istimewa? Karena mereka adalah klub ASEAN pertama yang melakukannya sejak format baru Asia Champions League pada 2003, jauh meninggalkan pemberitaan semu yang mengatakan liga Indonesia beberapa tahun lalu adalah yang terbaik ke-8 di Asia.
Padahal, pada 2007 klub Indonesia masih dapat mengirim dua wakilnya secara otomatis ke fase grup LCA (Persik Kediri & Arema). Seiring berjalan waktu bersamaan dengan memburuknya situasi di sepakbola Indonesia dan buruknya pencapaian wakil Indonesia yang berlaga di ajang tersebut membuat aspek penilaian dari AFC untuk Indonesia berkurang, sehingga mengurangi jatah, bahkan pada 2013 tak ada wakil Indonesia di LCA.
Buriram United adalah gambaran betapa Thailand Premier League berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Mungkin suatu keputusan yan tepat juga bagi Irfan Bachdim mau keluar dari zona aman untuk mengembangkan karier dan bermain di liga Thailand.
Tidaklah kaget melihat Buriram United dengan perkasanya mengalahkan klub asal Jepang, China, dan Korea. Yang terakhir dalam partai pamungkas fase grup LCA, mereka mampu menahan Seoul FC dan memastikan diri lolos ke babak berikutnya. Dengan lawan yang sama pula, Sriwijaya FC kalah 2-4 dan 5-1 pada medio 2009. Saat itu, liga Indonesia digembar-gemborkan sebagai yang terbaik ke-8 di Asia.
Bukannya membesar-besarkan keberhasilan Buriram United, namun rasanya hal ini tidak cukup membuat sadar stakeholder sepakbola nasional dalam permasalahan kompetisi nasional yang lebih membanggakan karena liganya legal diakui FIFA atau "jegeerrr" nya liga karena jumlah penonton, banyak pemain asing, namun tak jelas muaranya setelah menjuarai liga.
Entah sejauh mana Buriram melangkah di LCA, tetapi sudah seharusnya sepakbola Indonesia sadar dan mau mengubah dirinya. Pertanyaannya, kapan kita sadar dan mau melakukan perubahan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar